Selasa, 08 Februari 2011

KANDUNGAN PENGETAHUAN DALAM AL-QUR'AN

Al-Qur’an adalah sumber intelektualitas dan spiritualitas Islam. Ia merupakan basis bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual namun bagi semua jenis pengetahuan. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui berbagai cara serta jalan. Tetapi semua pengetahuan pada akhirnya bersumber dari Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Menurut pandangan Al-Qur’an, pengetahuan Manusia tentang benda-benda maupun hal-hal ruhaniyah menjadi mungkin karena Tuhan telah memberinya fakultas-fakultas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Banyak filosof dan ilmuwan muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia mendapat pencerahan dari akal Ilahi (Osman Bakar, 2008: 149).

Dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al-Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami[546]; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al A’raf: 52)
[546] Maksudnya: atas dasar pengetahuan Kami tentang apa yang menjadi kemashlahatan bagi hamba-hamba Kami di dunia dan akhirat.

Allah adalah sumber dari segala sumber pengetahuan yang ada di alam raya ini. Pengetahuan Nya meliputi segala sesuatu baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat (ghaib), sehingga mempercayai keluasan ilmu Nya merupakan fitrah manusia yang memiliki fitrah yang bersih. Perasaan pertama yang muncul dalam diri manusia ketika mengamati dirinya dan alam sekitarnya adalah perasaan tentang adanya sebuah kekuatan besar yang mengendalikan, memelihara, mengatur alam dan kehidupan.

Dan Dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, Padahal Sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku". dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka Apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ?" (Al An’am: 80)


Sungguh Kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika Kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan Kami dari padanya. dan tidaklah patut Kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan Kami menghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan Kami meliputi segala sesuatu. kepada Allah sajalah Kami bertawakkal. Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara Kami dan kaum Kami dengan hak (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (Al A’raf: 89)

Tidak diragukan lagi bahwa Allah adalah pemilik pengetahuan yang abadi, meliputi seluruh yang ada di langit dan di bumi. Pengetahuan Allah inilah yang diwahyukan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril dalam bentuk kitab suci Al-Qur’an. Dalam hal ini Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk merenungkan dan memahami pesan-pesan Allah didalamnya.

Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An Nisa: 82)

Sebagai kitab pengetahuan yang komprehensif, Al-Qur’an merupakan sebuah kitab yang bersumber dari sumber yang utama, pemilik ilmu yang tiada tandingannya. Tidak akan ditemui kesalahan didalamnya karena difirmankan oleh Yang Maha Benar dan tidak ada keraguan sedikitpun akan dijumpai. Oleh sebab itu maka mengkaji muatan pengetahuan di dalam Al-Qur’an sebagai referensi utama adalah keharusan bagi umat Islam. Dan mempelajarinya merupakan kewajiban bagi yang ingin selamat hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At Taubah: 122)


Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Isra: 36)


Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (Al Kahfi: 68)