Senin, 09 November 2009

UPAYA MENGINTEGRASIKAN AL-QUR’AN DALAM MATA KULIAH ILMU ALAMIAH DASAR

Abstrak
Allah adalah sumber ilmu dan semua ilmu pengetahuan berasal dari Allah. Dia menyampaikan ilmu-Nya melalui: 1) Wahyu yang berupa ayat-ayat qouliyah, 2) Bukti-bukti penciptaan berupa ayat-ayat kauniyah.
Sebagai lembaga pendidikan Islam, Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta hendaknya berupaya menjadikan nilai-nilai Islam sebagai muatan dalam setiap mata kuliah, dengan harapan akan dihasilkan lulusan yang berilmu pengetahuan yang berakhlak Islami. Maka untuk mewujudkan cita-cita ini, pengajar harus kreatif untuk mencari sendiri nilai-nilai Islam yang dapat diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan, termasuk mata kuliah IAD.
Penerapan suatu model pembelajaran yang mengintegrasikan Al-Qur’an sebagai salah satu alternatif strategi yang secara teoretis dipastikan dapat memberikan nuansa keislaman dalam perkuliahan IAD di Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta. Dalam hal ini setiap peristiwa yang berkaitan dengan alam dan manusia dihubungkan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an.

Kata kunci: Intergrasi, Al-Quran, Ilmu Alamiah Dasar

Pendahuluan
Ilmu Alamiah dasar (IAD) merupakan salah satu mata mata kuliah yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta. Mata kuliah ini merupakan salah satu bekal pengetahuan yang penting untuk hidup bermasyarakat. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar ilmu alam, termasuk biologi, fisika, dan kimia. Sejalan dengan itu, proses pembelajaran yang dilaksanakan diharapkan dapat membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan kemampuan mengenal diri-sendiri, alam sekitarnya, dan kedudukan manusia di alam semesta ini. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan dan tujuan mata kuliah IAD yang ingin dicapai oleh mata kuliah ini begitu penting bagi mahasiswa dan lulusan STAIN nantinya.
Untuk mengembangkan perkuliahan Ilmu Alamiah Dasar perlu memperhatikan tiga hal, yaitu: a) apa yang diajarkan, b) cara mengajarkan, dan c) cara mengetahui bahwa proses perkuliahan dapat berlangsung dan sejauh mana mahasiswa berhasil menguasainya. Hal pertama berkaitan langsung dengan standar kompetensi dan materi perkuliahan, hal kedua terkait dengan pendekatan, metode, dan media pembelajaran, sedangkan hal ketiga terkait dengan sistem evaluasinya. Berkaitan dengan tujuan dan materi perkuliahan, dalam silabus perkuliahan IAD terdapat beberapa indikator, yaitu setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mampu menjelaskan pengertian IAD, perkembangan alam pikiran manusia, pengertian dan langkah-langkah metode ilmiah serta perkembangan IPA, serta memahami penjelasan mengenai alam semesta, sistem tata surya dan teori tentang terbentuknya bumi.
Di Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta, mata kuliah IAD memiliki bobot 1 satuan kredit semester (sks). Tiap sks sama dengan 50 menit tatap muka. Dalam pelaksanaannya, mata kuliah IAD digabungkan dengan mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu Budaya Dasar (IBD), sehingga secara keseluruhan memiliki bobot 3 sks. IAD, ISD, dan IBD merupakan mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK), yaitu kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dari pengertian ini, maka diperlukan metode pembelajaran yang tepat untuk membantu mahasiswa dalam mengaktualisasikan dirinya.
Sebagai lembaga pendidikan Islam, Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta hendaknya berupaya menjadikan nilai-nilai Islam sebagai muatan dalam setiap mata kuliah, dengan harapan akan dihasilkan lulusan yang berilmu pengetahuan dan berakhlak Islami. Maka untuk mewujudkan cita-cita ini, pengajar harus kreatif untuk mencari nilai-nilai Islam yang dapat diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan, termasuk mata kuliah IAD.
Upaya penerapan suatu model pembelajaran yang mengintegrasikan Al-Qur’an sebagai salah satu alternatif strategi yang secara teoretis dipastikan dapat memberikan nuansa keislaman dalam perkuliahan IAD di Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta. Dalam pelaksanaannya dilakukan pengintergrasian mata kuliah umum dengan nilai-nilai Islam berupa ayat-ayat kauniyah yang bersumber dari bukti bukti penciptaan Allah di alam semesta. Setiap peristiwa yang berkaitan dengan alam dan manusia dihubungkan dengan firman Allah. Al-Qur’an adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang diperoleh dari mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan penegasan Al-Qur’an Q.S Al Baqarah: 185
       ••                                        

Artinya: Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Departemen Agama RI, 1971:45)

Dalam kitab Jawahir Al-Qur’an, Imam Al-Ghazali menerangkan pada bab khusus bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari Al-Qur’an Al-Karim. Allah adalah sumber ilmu dan semua ilmu pengetahuan berasal dari Allah. Dia menyampaikan ilmu-Nya melalui: 1) Wahyu yang berupa ayat-ayat qouliyah, 2) Bukti-bukti penciptaan berupa ayat-ayat kauniyah. Ilmuwan Barat mempelajari ilmu pengetahuan dari bukti-bukti ciptaan Allah, sedangkan ummat Islam mempelajari qouliyahnya. Sehingga terjadi pemisahan antara ilmu umum dengan ilmu agama. Padahal sesungguhnya sumber ilmu tersebut adalah sama. Oleh karena itu model perkuliahan IAD dengan kompendium Al-Qur’an perlu diterapkan di Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta yang menggunakan Islam sebagai landasan pendidikannya.

Tinjauan Alam menurut Al-Qur’an
Menurut Achmad Baiquni (1996:17), ”dalam bahasa Arab, ilmu yang mempelajari tentang alam disebut ilmu thobi’ah atau ilmu watak”. Ilmu tersebut pada dasarnya berusaha untuk mengungkapkan sifat dan kelakuan alam pada kondisi-kondisi tertentu. Kelakuan yang diperlihatkan itu menunjukkan watak alam itu sendiri.
Ditambahkan oleh Achmad Baiquni (1997:1) bahwa untuk pengembangan sains dalam usaha mempelajari sifat dan kelakuan alam dalam tinjauan Al-Qur’an, maka dapat digunakan ayat-ayat yang relevan dengan pengembangan sains. Dalam hal ini manusia adalah kunci utama untuk menguak rahasia alam semesta, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki akal. Dengan akal manusia dapat berpikir dan mengembangkan pola pikirnya. Itu sebabnya maka Allah menunjuk manusia sebagai khalifah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al An’aam 165:
               •       
Artinya: Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Departemen Agama,1971:217).

Sebagai penguasa, manusia boleh memanfaatkan alam di sekelilingnya bagi kelangsungan hidupnya, namun tidak boleh merusaknya. Dalam hal ini manusia bertanggung jawab atas pelestariannya. Oleh karena itu manusia tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menjadikan dirinya sebagai ahli dalam mengelola alam sekitarnya. Sedangkan untuk memperoleh kemampuan itu manusia harus berusaha mengenal alam lingkungannya dengan sebaik-baiknya.

Pengintegrasian Al-Qur’an dalam Materi Ilmu Alamiah Dasar
Pada dasarnya, hakikat belajar ilmu pengetahuan alam adalah lebih menekankan proses dari pada produk. Melalui belajar proses, pebelajar akan lebih memahami teori apabila mereka belajar bagaimana IPA ditemukan dari pada hanya belajar IPA yang sudah tersaji dalam teori-teori. Pemahaman perlu dibangun dengan mengetahui secara benar proses mendapatkan teori-teori tersebut.
Model pembelajaran dengan kompendium Al-Qur’an yang dicirikan dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam mata kuliah, merupakan sebuah alternatif yang sangat mungkin digunakan serta sesuai dengan teori-teori belajar yang dikemukakan di atas. Karena itu, model pembelajaran ini patut diujicobakan dalam proses pembelajaran IAD. Adapun inti sari materi IAD dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengertian Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu Alamiah Dasar merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta beserta isinya dengan kerangka teoritik dan praktis. Memuat konsep-konsep dasar serta manfaatnya bagi kehidupan, yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Menurut Achmad Baiquni (1997:1), untuk pengembangan sains dapat digunakan ayat-ayat yang relevan dengan pengembangan sains. Dalam hal ini manusia adalah kunci utama untuk menguak rahasia alam semesta, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki akal. Dengan akal manusia mengembangkan pola pikirnya sebagai khalifah di bumi. QS Al An’am 165
               •       
Artinya: Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Departemen Agama,1971:217).

2. Perkembangan Pola Pikir Manusia
Manusia ditempatkan oleh Allah sebagai makhluk yang memiliki keistimewaan dan kelebihan dibanding makhluk lain, yaitu berupa akal budi. Manusia adalah makhluk yang lemah dibanding makhluk lain namun dengan akal budinya dan kemauannya yang sangat kuat maka manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara biologi manusia memiliki 46 kromoson saja, namun dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dapat hidup dengan lebih baik lagi. Akal budi dan kemauannya yang sangat kuat itulah sifat unik dari manusia.
                  
Artinya: dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS 17:70). (Depertemen Agama 1971: 435)

Dengan kelebihan yang mereka miliki, manusia dapat mengembangkan akalnya untuk memanfaatkan alam sekitarnya. Dalam hal ini terdapat tahap-tahap perkembangan pola pikirnya, antara lain yaitu tahap mithos, tahap penalaran, tahap pengalaman, dan tahap metode ilmiah.

3. Metode Ilmiah
Segala kebenaran dalam ilmu Alamiah terletak pada metode ilmiah. Sebagai langkah pemecahan atau prosedur ilmiah adalah: a). Penginderaan, merupakan suatu aktivitas melihat, mendengar, merasakan, mengecap terhadap suatu objek tertentu. sebagaimana perintah Allah dalam Surat Yunus ayat 101:
               
Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (Departemen Agama, 1971:322)

Sedangkan pengamatan terhadap alam tidak dibenarkan hanya sekedar melihat, tapi juga harus dengan perhatian, pencermatan, dan perenungan, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Ghasiyah ayat 17-22
                              
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka (Departemen Agama, 1971:1055)

b). Masalah dan problema, menemukan masalah dengan kata lain adalah dengan mengemukakan pertanyaan apa dan bagaimana. c). Hipotesis, jawaban sementara terhadap pertanyaan yang kita ajukan. d). Eksperimen, dari sini ilmu alamiah dan non ilmu alamiah dapat dipisahkan. Pada tahap ini dilakukan analisis dari data hasil eksperimen. Allah memerintahkan manusia untuk senantiasa berpikir, menganalisis dan menggunakan penalarannya untuk mempelajari alam semesta. Firman-Nya dalam Surat Al Jaatsiyah ayat 13.
  •         •      
Artinya: Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Departemen Agama, 1971:816).

e). Teori, bukti eksperimen merupakan langkah ilmiah berikutnya yaitu teori.

4. Pembagian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang membahas tentang alam semesta dengan semua isinya. Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains. Ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan ilmu pengetahuan sosial untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat; ataupun ilmu pengetahuan formal seperti matematika dan selanjutnya terbagi atas ilmu fisika, ilmu kimia, dan ilmu biologi.

5. Proses Terbentuknya Alam Semesta
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini "bergerak menjauhi" pengamatnya. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus "mengembang".
Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini.
Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman.
Alam semesta bermula dari ledakan sebuah 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Dengan kata lain, alam telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, baru ditemukan fisika modern pada abad 20, dan telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "Dia Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)
      •              
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3). (Departemen Agama, 1971: 955)

    •          •      
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an, 21:30)

Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq".
Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.

6. Tata Surya
Nicolaus Copernicus (1473-1543) merupakan orang pertama yang secara terang-terangan menyatakan bahwa matahari merupakan pusat sistem tata surya, dan bumi bergerak mengelilinginya dalam orbit lingkaran. Untuk masalah orbit, data yang didapat Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak kosentrik. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja. Al Qur’an berpendapat sama dengan teori heliosentrik dalam surat Yasin: 38-40
                            •      
Artinya: 38). Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. 39). Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. 40). tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Departemen Agama, 1971: 710)

7. Asal Mula Kehidupan di Bumi
Asal mula kehidupan selalu menjadi perhatian manusia, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk makhluk-makhluk hidup sekelilingnya. Kasus manusia yang munculnya di atas bumi serta caranya mempunyai keturunan merupakan bahan perkembangan yang sangat penting
Dalam membicarakan asal mula kehidupan secara umum, Qur-an mengambil sikap yang sangat ringkas dan menyebutkannya dalam ayat mengenai proses pembentukan alam semesta yang ada dalam Surat 21 ayat 30:
    •          •      
Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Departemen Agama, 1971:499)

Ayat tersebut dapat berarti bahwa tiap-tiap benda hidup, diciptakan dari air sebagai bahan baku, atau tiap-tiap benda hidup berasal dari air. Sains modern juga mengatakan bahwa kehidupan itu berasal dari air, atau air itu adalah bahan pertama untuk membentuk sel hidup. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Jika seseorang berbicara tentang adanya kehidupan dalam suatu planet, lebih dahulu ia bertanya apakah planet itu mengandung air cukup. Hasil-hasil penyelidikan modern memungkinkan kita berfikir bahwa benda-benda hidup yang paling kuno adalah termasuk dalam alam tumbuh-tumbuhan. Telah diketemukan lumut-lumut yang berasal daripada tanah-tanah yang tertua yang diketahui manusia. Unsur-unsur alam binatang muncul kemudian; binatang juga datang dari lautan. Yang diterjemahkan dengan "air" adalah kata bahasa Arab Maa', yang berarti air hujan, air laut atau benda yang encer (sperma). Dalam arti pertama (air hujan) air merupakan unsur yang sangat perlu untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan. Surat 20 ayat 53:
                   
Artinya: Yang Telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang Telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.


8. Perkembangbiakan Makhluk Hidup
Salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh makhluk hidup untuk mencapai kelangsungan hidupnya adalah beradaptasi dan berkembang biak. Adaptasi adalah penyesuaian diri dengan lingkungan, sedangkan berkembang biak adalah melakukan usaha untuk memperbanyak keturunan. Surat Yasin:36.
             
Artinya: Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Departemen Agama, 1971:710).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan makhluk hidup berpasang-pasangan. Dan dari pasangan-pasangan inilah mereka berkembang biak dan menghasilkan keturunan. Dalam Surat 24 ayat 45 Allah berfirman:
  •   •   •     •     •          •      
Artinya: Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Departemen Agama, 1971: 552)

9. Geografi Kehidupan
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi di wilayah itu. Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora dan fauna berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non fisik (biotik). Segala kajian mengenai penyebaran flora dan fauna serta lingkungannya mempunyai kaitan dengan Al-Qur’an. Semua yang ada di alam ini diperuntukkan Allah bagi manusia. Firman Allah dalam QS 45: 13
  •         •      
Artinya: Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Departemen Agama, 1971: 816).

   • • •    •  •      
Artinya: Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS 16:11) (Departemen Agama, 1971: 403)

10. Ekologi dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Komponen-komponen makhluk hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem merupakan salah satu unsur sumber daya alam. Sains dan ekologi merupakan lapangan kegiatan yang terus menerus dikembangkan karena mampunyai manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia. Tetapi perlu disadari bahwa pemanfaatan alam secara terus menerus tanpa diiringi kontrol nilai-nilai agama mengakibatkan kerusakan ekosistem dan habisnya sumber daya alam. Firman Allah dalam QS. 42:30
          
Artinya: dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Departemen Agama, 1971: 788)

        ••       
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS 30:41). (Departemen Agama, 1971: 647).

Kejadian tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi cara pandang dan berpikir manusia saat ini, antara lain: 1). kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan konsumtif. 2). rasa individualistis dan egoistis. 3). persaingan dalam kehidupan. 4). keadaan yang tidak stabil, dan 5). terlepasnya ilmu pengetahuan dari agama. Di pihak lain, kerusakan ekosistem dan habisnya sumber daya alam juga merupakan akibat kemajuan sains dan teknologi, seperti pemanasan global, efek rumah kaca, radiasi nuklir dan sebagainya.
Manusia seharusnya mengoptimalkan peran yang sudah diberikan oleh Allah sebagai khalifah fil ardhi, dengan mengedepankan akhlak dalam mengelolanya. Jelas bahwa manifestasi dan muara dari seluruh aktivitas manusia dalam sains adalah untuk mengabdi total kepada Allah, sehingga tujuan akhir dari sains bukanlah berorientris, namun teosentris. (QS 6:162)
 •        
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Depag, 1971: 216)

Penutup
Menurut Quraish Shihab (1996), salah satu faktor terpenting yang dapat menghalangi perkembangan ilmu pengetahuan terdapat dalam diri manusia sendiri. Para psikolog menerangkan bahwa tahap-tahap perkembangan kejiwaan dan alam pikiran manusia dalam menilai suatu ide umumnya melalui tiga fase. Fase pertama, menilai baik buruknya suatu ide dengan ukuran yang mempunyai hubungan dengan alam kebendaan (materi) atau berdasarkan pada pancaindera yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan primer. Fase kedua, menilai ide tersebut atas keteladanan yang diberikan oleh seseorang; dan atau tidak terlepas dari penjelmaan dalam diri pribadi seseorang. Ia menjadi baik, bila tokoh A yang melakukan atau menyatakannya baik dan jelek bila dinyatakannya jelek. Fase ketiga (fase kedewasaan), adalah suatu penilaian tentang ide didasarkan atas nilai-nilai yang terdapat pada unsur-unsur ide itu sendiri, tanpa terpengaruh oleh faktor eksternal yang menguatkan atau melemahkannya (materi dan pribadi).
Pemberian nuansa kompendium Al-Qur’an pada mata kuliah IAD menjadikan mahasiswa dengan terpaksa atau tidak untuk berusaha membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Mahasiswa yang tidak dapat membaca Al-Qur’an berusaha belajar untuk bisa membacanya. Sebagai calon pendidik agama Islam, mereka harus terus dimotivasi untuk belajar Al-Qur’an. Oleh sebab itu, pengintegrasian nilai-nilai Islam perlu diterapkan pada mata kuliah lain di lembaga-lembaga pendidikan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Baiquni. (1996). Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa.

_____________. (1997). Al-Qur’an dan Ilmu pengetahuan kealaman, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa.

Achmad Fuad Pasya. (2004). Dimensi Sains Al-Qur’an, Solo: Tiga Serangkai.

Al-Qur’an dan Terjemahnya. (1971). Departemen Agama: Jakarta.

Ibnu Mas’ud dan Joko Paryono. (tt). Ilmu Alamiah Dasar untuk IAIN dan PTAIS, Bandung: Pustaka Setia.

Keputusan Mendiknas RI No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, http://www.ditpertais.net/kem-kurik02.htm

Kurikulum dan Silabus IAIN dan PTAI. (1999). Departemen Agama: Jakarta.

Mochtar Naim. (2001). Kompendium Himpunan Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Fisika dan geografi, Jakarta: Hasanah.

Quraish Shihab. (2008). Membumikan Al-Qur’an, http://media.isnet.org/ islam/ Quraish/Membumi/Kawniyyah.html

Trianto. (2007). Wawasan Ilmu Alamiah Dasar Perspektif Islam dan Barat, Jakarta: Prestasi Pustaka.